Ni.... Ceritanya

Foto saya
Lauh Mahfudz telah usai menuliskan skenario kehidupan seorang anak bernama"ahsan". Seperti sebuah game, Ia lalui berbagai fase yang telah dituliskan. Banyak halangan, banyak rintangan yang dihadapi, namun tentunya Ia tidak sendiri. Ia ditemani seorang Ibu bernama Baiq Rahmatullah, Beliau begitu penyayang dan cantik dalam balutan jilbab batiknya, seakan permata eksotik yang tertata apik. Sang Ibu tentu tidak sendiri pula, Ia didesain khusus untuk menjadi pendamping seorang pria tampan namun tak kampungan bernama Lalu Muhammad Achyar Husni. Nah... dari 2 insan inilah "ahsan" terlahir. Suratan Takdir Indah belum berhenti sampai disitu, ada takdir lain yang seakan ingin berkata "ahsan... cobalah lihat saudara-saudaramu, adakah yang mampu menyaingi ketampananmu". Sejenak mata ini menatap wajah ketiga saudaraku,ternyata benar, jangankan ketampanan, aroma ketampanan saja tak tercium dari mereka. Namun.. ada wangi lain, yang berbeda dan istimewa, aromanya seakan minyak kesturi yang tertutup, wanginya tak bisa dicium setiap insan yang ingin mencium, wujudnya tak bisa ditatap setiap insan yang ingin menatap. Nah... itulah wangi perempuan yang menutup auratnya.

Rabu, 25 Mei 2011

Si fulanah jilid III

Teman 2 Fulanah:  Eitsss, ini dia ni ! motivator ulung kita. Selamat pagi mbak pulanah!

Si  Fulanah :  Kalo ngasi salam jangan pelit-pelit dong!    Ya, iya paginya selamat, tapi siangnya, sorenya, maghrib dan malamnya gimana!

Teman 2 Fulanah : Oke deh mbak pulanah, selamet pagi, selamet siang, selamet sore, selamet maghrib dan selamet malam yaa, kalo bisa dipangkatin 99 deh....ngomong-ngomong ngasi salam aja ribet amat yach!

Si Fulanah : Ngaak ribet kok, cukup “Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh”(Semoga kesalamatan senantiasa tercurah kepadamu dan kamu teriring oleh Rahmat Allah dan keberkahanNya) . Gimana,  canggih kan!!!

Teman 2 Fulanah : wei, canggih bangetss!!!

Si Fulanah : Aku kasi tau yaa...Ngasi salam tu hukumnya sunnah tp jawabnya wajib!

Teman 2 Fulanah : Jawabnya pake sama-sama aja ya....!

Si Fulanah: ya enggaklah, jawabnya tu “waalaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh”+sereal...

Teman 2 Fulanah: Kalo gitu aku mau rajin ngasi salam ahh...lumayan bisa kenyang...!

Si Fulanah: Sereal itu maksudnya “Senyuman riang, elegan dan proporsional” tahuu...

Teman 2 Fulanah: Kiraain SElembar Roti + Energen kentAL....hmmm yummy....

Si Fulanah: Udah..... jangan promosi !

Teman 2 Fulanah: Eitss, jangan salah sangka dulu,  kita justru Kontra MOSI lho.

Si Fulanah : Emangnya Kontra MOSI itu apaan sih ...?...

Teman 2 Fulanah : Kami Orang Nolak TeRhadAp Marijuana(ganja), Oppressor(Penindas), Sophist(Orang sesat) dan Impious(Atheis) disingkat kontra MOSI !!!

Si Fulanah : Idih....Makin ganas aja!!!

Teman 2 Fulanah: Iyaa....karena kami... “GanaS=Gerakan ANti Ajaran Sesat”

Si Fulanah: Punya Sahabat Da`wah ni gue!!!

Teman 2 Fulanah: Oke mbak ...SAHABAT DA`WAH...Satu.Hati.Bela.Agama.Tauhid.Dengan.Al-Qur`an Wa Sunnah.

Si Fulanah:Makin canggih aja ni.....seperti Intel Core i-5 gitu!!!

Teman 2 Fulanah: Alhamdulillah Amien. i-5 aja lewat mbak, kalo ada kita Intel Core i-8 boleh ngaak..... : islam_iman_ilmu_ikhtiar_ihsan_ihtisab_ikhlas_istiqamah tentunya!!!

(ket.Ihsan: beribadah seolah-olah “Allah Swt.” ada dihadapan kita, melihat apa yang kita kerjakan. Ihtisab: bahagia dalam ibadah karena keyakinan yang sempurna dan harapan yang ikhlas akan memperoleh balasan dari Allah Swt. semata)

Si Fulanah: Udah ahh...kosakatanya sisain buat edisi berikutnya yaa!!!

Teman 2 Fulanah: Tenang aja mbak, Samudera ilmu itu ngak akan pernah kering kok...sampai kita sendiri yang kering(kelelahan n boring) untuk menyelaminya.

Si Fulanah: ...Alhamdulillah... banyak ilmu hari ini!!!


-By Ahsan- 






Senin, 23 Mei 2011

Al-Qur`an

Engkau laksana cahaya bulan purnama
Yang tiada larut dalam gelapnya dunia
Ketika kami semua terlena

Engkau laksana mentari
Yang setia menyinari bumi
Meskipun kami tidak peduli

Engkau adalah petunjuk menuju jalan keselamatan
Tetapi kami lebih memilih kesesatan
Kami gunakan Engkau supaya terlihat beriman
Didepan calon istri yang menawan
Padahal Rasulullah s.a.w. susah payah memperjuangkan
Dengan darah, keringat, dan segala kemampuan
Memang dunia telah membutakan
Mata, hati dan pikiran
Hingga kami tertidur dalam kemewahan

Setiap hari kami sempatkan membaca koran
Sedang Engkau terlupakan
Kami biarkan Engkau menjadi pajangan
Yang menghiasi setiap sudut ruangan

Kapankah akan kami ingat
Untuk merenungi ayat demi ayat
Mungkinkah kami akan ingat setelah kami wafat
Padahal ketika itu segalanya sudah terlambat
Untuk menyesal apalagi bertaubat
Kami selalu berpikir waktu masih panjang
Hingga masa mudapun melayang
Untuk maksiat yang tiada terbilang
Dan ajalpun datang
Andai usia dapat diperpanjang
Hingga akupun dapat mengulang
Segala yang telah tertuang

Kemanapun aku memandang
Kini api neraka datang menghadang
Andai ada tempat untuk berlindung
Andai dahulu hartaku aku tabung
Untuk membantu Si Yatim yang berkabung
Yang keberadaannya tertutupi mewahnya gedung-gedung
Pasti itu dapat membendung
Balasan bagi diri ini yang tiada beruntung         

Sahabat ikhwani dan akhwati
Jangan biarkan diri ini
Tenggelam dalam kemaksiatan yang tiada henti
Cobalah untuk meraih ridho Ilahi
Pasti jalan ini akan penuh duri
Tetapi yakinlah setelah duri akan ada wangi

-By Ahsan-

Leaf Philosophy

Belajar merupakan sebuah proses panjang yang tak akan pernah ada habisnya, dimulai dari buaian sampai ke liang lahat. Samudera ilmupun tak akan pernah kering dalam memberikan keajaiban-keajaiban baru, hingga diri kita sendirilah yang kering (kelelahan n Boring) untuk menyelaminya. Nah, demikian pula dengan acara LKK Dasar FMDK`10 yang merupakan salah satu sisi proses pembelajaran yang saya dan teman-teman lalui. Mengangkat tema “LEAF”, tentu ada filosofi dan alasan yang ingin diungkapkan. Menyorot leaf secara keseluruhan yang berarti daun, dengan logo daun muda, ibarat pohon kehidupan ada yang gugur namun pohon kehidupan itu tak akan pernah berhenti menumbuhkan tunas-tunas baru.
          Nah sekarang kita zoom in makna “leaf” berdasarkan penggalan hurufnya. Yang pertama Leadership, yang artinya kepemimpinan. Setiap pemimpin tentu memiliki mimpi, bukan pemimpin namanya kalau tak punya mimpi. Mengurai kata pemimpin saja kita kan temui Pemimpi + N. Nah huruf N inilah yang membuat seorang pemimpi menjadi pemimpin. Sekarang apa rahasia huruf N itu, kalau boleh dipanjangkan, N dalam kata pemimpin itu adalah NIAT, dan kalau boleh dipanjangkan lagi N-nya adalah Nasib, setiap kita tentu tak bisa melawan takdir yang telah tertulis di Lauh Mahfuz. Namun beriman kepada takdir bukanlah membuat kita pasrah, akan tetapi membuat kita semakin semangat untuk berbuat. Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan memperolehnya. Untuk itulah huruf kedua adalah “I” ,Ikhtiar. Usaha hukumnya wajib, dan ikhlaslah yang menjadi penyempurnanya, menerima segala hasil usaha tersebut. Lolos dari “Ikhtiar” tinggal 2 langkah lagi menjadi seorang pemimpin, yakni “A”, Amanah. Pemimpin harus mampu memegang amanah, karena amanah ibarat sebuah pohon yang padanya terdapat daun-daun harapan dari orang-orang yang kita pimpin, kalau batang utama pohon tersebut enggan menyalurkan air dan zat hara dari akar menuju daun, maka daun itu akan gugur dan akhirnya pohon tersebut tinggal menunggu waktu kerobohannya. Terakhir adalah “T”, yakni tekad untuk istikomah. Istiqomah,  sebuah kata yang membuat rambut Rasulullah Muhammad SAW beruban, kalau kita pingin benar-benar istiqomah kita mungkin botak kali ya...
          Yang Kedua adalah Empathy, Seorang pemimpin hendaknya memiliki kepekaan sosial ditengah organisasi yang dipimpinnya. Salah satu sifat pemimpin adalah mau mendengar, karena lebih banyak hal yang bisa dipelajari dengan mendengar daripada berbicara. Alm. KH Rahmat Abdullah pernah berpesan “jadilah kalian orang-orang yang Aslabuhum Tanzhiman yakni merekalah yang paling solid penataan organisasinya”. Sebuah organisasi yang solid hanya bisa tercapai bila ada fell antar anggota untuk mencapai goal yang sama. Pemimpin tidak bertanya 7+3 itu berapa, tetapi 10 itu berapa tambah berapa. Boleh jadi 5+5,9+1,4+6. Bill Gates pemimpin microsoft corporation dalam suatu forum pernah ditanya mengenai rahasia kesuksesannya (ket. dulu dia pernah DO dari sekolahnya lalu buat usaha software kecil-kecilan dengan temannya hingga besar sampai saat ini) , ia menjawab ketika ia mengadakan rapat ia tidak pernah mengajak orang yang memiliki cara pandang yang sama, misalnya cara pandangnya untuk mencapai angka 10 itu hanya 7+3 saja..., pasti ia akan mengajak orang yang memiliki goal yang sama yakni 10 tetapi cara mencapainya berbeda (100/10,2+8,5x8/4). Jadi inget kata Nabi Saw “Perbedaan di kalangan umatku adalah rahmat”.
          Yang ketiga adalah awareness, Pemimpin dan kesadaran  memiliki hubungan yang cukup erat. Setiap pemimpin tentu sadar  bahwa memimpin diri sendiri saja sulit apalagi memimpin orang lain. Apa bedanya “bisa sih tapi...Sulit” dengan “Sulit sih...tapi Bisa”, bedanya ada pada optimismenya, kalimat pertama membuat kita takut untuk melangkah, sedangkan kalimat kedua menyadarkan kita pasti diujung jalan sana akan ada harapan yang membuat kita kuat dalam berjuang. Nah Optimis adalah salah satu sifat yang harus dimiliki pemimpin.
          Yang terakhir adalah Fabulous yang kalau nggak salah pasti bener artinya menakjubkan. Ada baiknya kita flashback, Bung Karno adalah salah satu pemimpin indonesia yang memiliki kemampuan menakjubkan dalam menggelorakan semangat, menyemai harapan ditengah kehampaan. Dengar saja kata mutiaranya yang dijadikan script adegan Film Sang Pemimpi “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Seorang pemimpin nggak boleh kering ketika anggotanya kering, dan anggota nggak boleh kering ketika pemimpinnya kering, jadi saling melengkapi adalah syarat solidnya organisasi. Apa persamaannya telepon dengan jemuran? takgnaid ...ay gnirk hadu ualak←.
-By Ahsan-

Alam berkisah melalui bencana

 
             Kulihat bumi hijau nan indah Indonesia, bumi tempat jutaan plasma nutfah menembus tanah. Bumi tempat hutan tropis terbesar didunia dibentangkan Sang Maha Kuasa.

                         Kulihat bumi biru Indonesia, bumi dimana tempat berton-ton ikan dipanen setiap tahunnya. Di bumi biru inilah para nelayan menggantungkan nasib, melecutkan kail, demi sesuap nasi untuk anak dan istri. 

Kulihat daratan Indonesia nan luas terbentang yang menyembunyikan berjuta misteri. Kandungan minyak, batubara, gas, emas, uranium dan berbagai hasil bumi lain.

Tetapi kulihat kini, bumi hijau, bumi biru dan daratan luas yang dibentangkan serasa basah, bukan oleh air hujan apalagi oleh darah tak berdosa, tetapi oleh air mata yang mulai terevaporasi. Negeri Ini tiada henti-hentinya dirundung bencana, dari darat ada gempa, dari laut ada tsunami, dari udara menerbangkan debu merapi. Mungkinkah kita terlalu banyak tertidur, hingga kita lupa dengan nasib saudara-saudara kita sebelum ini. Sehingga kita diingatkan oleh bencana dan bencana.Tidakkah para pemimpin bangsa ini menangis melihat perbuatan mereka yang telah memiskinkan bangsa ini. Lihat PT.Freeport yang mengelola tambang emas negeri ini yang merupakan tambang emas terbesar dan terbaik didunia, berapa persen yang kita dapat, adakah??? Bangsa Indonesia yang  jumlah penduduknya ke 4 terbesar didunia, pasti banyak melahirkan orang-orang pintar. Rakyat tersadar ternyata bukan orang pintar yang dibutuhkan negeri ini, Hasil survey tahun 2010 membuktikan fakta memalukan Bahwa negeri ini adalah negeri terkorup Asia Pasifik. Negeri ini butuh orang-orang yang benar, karena orang benar sudah pasti pintar dan amanah. Lihat lagi cadangan gas alam terbesar didunia. Dimanakah adanya? Tak kusangka ternyata ada di Indonesia, tepatnya di Blok Natuna. Siapakah yang mengelola? Ternyata Exxon Mobil dibantu Pertamina, mengapa tidak Pertamina dibantu Exxon Mobil?
 
Adakah yang negeri ini tidak miliki, menatap mentari hingga menyelami birunya lautan Indonesia, tiada yang akan ditemui melainkan keindahan. Garis Khatulistiwa yang membentang melintasi negeri ini, memberi pencahayaan yang cukup. Kita punya Lautan terluas di dunia, dikelilingi dua samudra, yaitu Pasifik dan Hindia hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain, tidak heran mengapa negara lain ikut memanen ikan di negeri ini. 

Sudah lebih dari separuh abad negeri ini merdeka, namun cengkraman asing dalam bentuk yang lain serasa masih menghunus bangsa ini. Bencana yang menimpa negeri ini kiranya berhasil membuka hati setiap insan, untuk peduli, berbagi, dan kembali dalam kekeluargaan. Akankah ada solusi dan esok hari yang cerah bagi bangsa yang besar ini? Carilah jawabannya dalam diri sendiri. Sudah berapa besar sumbangsih yang kita beri untuk agama dan saudara sebangsa setanah air. Mengambil secercah cahaya hikmah dibalik cerita alam semesta.


-By Ahsan-

Minggu, 22 Mei 2011

Sajadah Cinta

KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.

Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.

Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.

Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,
“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha qad aflaha man zakkaaha.wa qad khaaba man dassaaha…”
(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya…)

Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?
Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.

Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona.
Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,
“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si musyriqun bi dhau’ wal hubb al wariq…”
(jika aku pencinta malam maka gelasku memancarkan cahaya dan cinta yang mekar…)

Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”
“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”
“Bagaimana, kau terima atau…?”
“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”
“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”
“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”
“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”
“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”

Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.
“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.
“Be…benarkah?”
“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”
“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”
Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,
“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”
Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.

Keesokan harinya.
Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.
Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.
“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”
Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,
“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”
Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,
“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”
Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,
“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”
“Syukurlah kalau begitu.”
Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,
“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”
Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.
“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”
“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”
“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.
“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”
“Aku mau melanjutkan perjalananku!”
Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.
“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”
Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.
“Tidak usah.”
“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”
Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.
Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,
“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”
Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,
“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”
Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.

Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.
“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.
Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.
Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.
“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”
Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,
“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”

Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.
Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,
“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”
Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.
Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,

Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum

Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.
Zahid,
Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.

Wassalam
Afirah

===============================================================

Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga.
Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :



Kepada Afirah,

Salamullahi’alaiki,

Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.
Afirah,
Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )
Afirah,
Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :
“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”
Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.
Afirah,
Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.

Wassalam,
Zahid

===============================================================

Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya.
Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.
Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :



Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum,

Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.

Wassalam,
Afirah

===============================================================
Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah.


-From www.wisatahati.com-

Jumat, 20 Mei 2011

Si Fulanah jilid 2


Teman Fulanah:   Hey Fulanah lagak loe kayak alim aja sok pake-pake jilbab lagi!!!

Si Fulanah:   Ihh kamu ini gimana sih Alim kan laki-laki masa` pake jilbab, pikir dong!!!                   

Teman Fulanah:   Sama Aja loe kayak Si UstadZjah, Sama-sama  Bloon Gitu!!!

Si Fulanah:   Ma kasih yaa..Hei, Sejak kapan loe bisa Bahasa Inggris???

Teman Fulanah:   Bahasa Inggris dari Hongkong @##???##@

Si Fulanah:   Bahasa Inggris ya dari Inggris masa dari Hongkong...

Teman Fulanah:   Emang bener ya, gue bisa Bahasa Inggris???penasaran???......

Si Fulanah:   Bukannya loe tadi bilang Blow On : Sedang Mekar!!!

Teman Fulanah:   Emang iya yaa???

Si Fulanah:   Ya Iyalah masa ya iya Dong, Pohon aja berbuah bukan berbudong!!

Teman Fulanah:   Makasi banget Pulanah berkat loe gue bisa nemuin bakat terpendam gue!!!

Si Fulanah:   Iya deh, sama-sama!!!

Teman Fulanah:   Hore,,,Cihuiyyyyyyyyyyy gua bakal gali lebih dalam bakat gua!!!

Si Fulanah:   Baru Sejam berjilbab udah bisa bantuin satu orang, apalagi kalo setiap hari bisa jadi motivator ulung gue... #$ (-v -)#$   Hi…Hi…Hi…


-By Ahsan-















Bila aku jatuh cinta

Bila suatu saat aku jatuh cinta…
Allahu Rabbi
Aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta…
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta…
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkan bila suatu saat aku jatuh cinta…
Pilihkan untukku
Seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati…
Pertemukanlah kami…
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati..cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya ku jatuh hati
Jangan pernah kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu…
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu….

-By Anonim-

Kamis, 19 Mei 2011

Si Fulanah


Si Fulanah: Assalamu`alaikum UstadZjah!

UstadZjah: Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh !

Si Fulanah: Maaf UstadZjah, Saya mau konsultasi nih, denger-denger jilbab itu wajib ya.!?##!. Tap… tapi.. kok saya belum ngerasa dipanggil gitu buat pake jilbab!

UstadZjah:  Kalo itu masalahmu, entar deh UstadZjah suruh Mbok Darmi manggil kamu buat pake jilbab …atou… sekarang aja maunya!

Si Fulanah: Eee.. jangan UstadZZjah!

UstadZjah:  Kok jangan! Ooo, mungkin mau UstadZjah sendiri yang manggil yaa!

Si Fulanah:  ¡HH#     UstadZjah nggak ngerti deh “Bunga kecubung  dari Umidjah = ngaak nyambung UstadZjah.

UstadZjah: Coba sini UstadZjah liat yang nggak nyambung,  siapa tahu UstadZjah bisa bantu Nyambungin!

Si Fulanah: Yang perlu disambungin itu Jalan Pikiran UstadZjah!

UstadZjah:  Emangnya ada tanah longsor ato gempa ya.. sampe jalannya perlu disambungin gitu!?##?!,

Si Fulanah: UstadZjah Bikin Panas deh#$ (- -)#$ .

UstadZjah:  Jangan muji gitu ahh, UstadZjah mana bisa bikin panas, UstadZjah kan bukan Orang PLN! ( -oV o),,,,,,,,.

Si Fulanah: Aku kemasjid aja deh pusing lama-lama disini !!!

UstadZjah: Emangnya kamu belum denger Mas Jid (Mas JunaID) kan udah pindah sebulan yang lalu!!!

Si Fulanah: Kabur ajaa ahh,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.....................

UstadZjah: Dasar anak muda!!, main Kabur ajaa … 


-By Ahsan-





Cahaya Al-Qur`an


Seiring cahaya temaram bulan
Bangunlah untuk membaca Al- Qur`an
Karena itu sungguh berkesan
Untuk mencari Ridha Tuhan

Al-Quran bagai lentera
Memancarkan semburat cahaya
Menerangi relung-relung hati manusia
Yang dilanda gundah gulana
Akan dunia yang fana
                                          
Dunia yang sementara
Serasa merupakan tujuan utama
Tanpa terasa ragapun telah menua
Rambut putih dengan tubuh yang renta
Rasa sesal pastilah ada
Kata mengapa, andai, .... terhujam ke dalam dada      
Akan waktu yang telah lenyap dengan percuma
Namun janganlah berputus asa
Karena ampunan Allah selalu terbuka
Bagi hambanya yang mau mengakui dosa
Dengan cucuran air mata  

Dunia dan akhirat adalah milik Sang Pencipta
Allah Subhanahuwataalla
Mengapa tidak serahkan segala kepadanya
Pekerjaan, jodoh, maupun rumah tangga
Baik disaat susah maupun gembira
Dengan doa dan tawakkal diiringi usaha       
Semua akan berjalan seirama

Segalanya butuh perjuangan
Untuk menggenggam sesuatu yang dulunya hanya berupa harapan
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
Suatu ketetapan dari Allah kepada mahluk yang ia ciptakan

Dunia adalah tempat mengumpulkan bekal
Untuk kehidupan yang kekal
Yang tiada seorangpun penolong kecuali amal
Sudah terlambat untuk menyesal
Ketika nyawa telah tanggal

Sahabat ikhwani dan akhwati
Ketika kita sedang membaca untaian kata ini
Kita tidak sedang bermimpi
Ubahlah diri
Mulai detik ini
Saat ini
Karena usia tiada yang mengetahui
Kecuali Allah Yang Maha Mencintai
Hambanya yang ingin memperbaiki diri
Rasulullah pun sangat mengingini
Jika kita kembali ke jalan ilahi

Tutuplah kisah kelam masa lalu
Sebagai sejarah yang telah berlalu
Songsonglah hari baru
Dengan semangat bagai peluru
Yang melesat lurus menembus ruang dan waktu

-By Ahsan-